Oleh Truly Christina
Jakarta/(UBM
NEWS). Siapa yang tak terkesima saat melihat sebutir mutiara? Cemerlangnya akan
tetap terlihat walau tertimbun pasir. Pesonanya membuat manusia mencari mutiara
sampai ke dasar lautan. Sama halnya ketika Anda berlayar sedikit menjauh ke
utara Jakarta, Anda akan menemukan keindahan sebuah pulau bak cantiknya sebutir
mutiara.
Hembusan
angin laut menggelitik ujung jari. Sejauh mata memandang lautan lepas, jernih, bersih,
bening, berpasir putih memanggil manja. Pesisir berisikan jutaan biota laut
menawan hati. Barisan pohon kelapa melambai gemulai berbisik mempesona ditengah
teriknya sengatan sinar matahari pagi.
Di situlah
awal mula Anda akan terpikat dan jatuh cinta. Jatuh cinta pada pandangan
pertama kala melihat Pulau Pari dari kejauhan, pulau dengan luas 43 hektar dan
berpenduduk hanya 700 jiwa. Bak oase
di tengah padang gurun, menyejukkan mata dan hati. Dengan kecantikan yang
ditawarkannya, tak heran jika pulau yang menjadi salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta, Indonesia ini menjadi tujuan menarik
wisatawan dalam maupun luar negeri.
Pulau
yang disebut Pulau Pari karena dahulu dipercayai banyak terdapat ikan pari ini
dapat dijangkau dengan kapal penyeberangan dari beberapa titik lokasi dermaga
di Jakarta. Dermaga Kali Adem, Muara Angke menjadi salah satu dermaga favorite karena harganya yang sangat terjangkau.
Cukup dengan membayar Rp40.000, Anda akan dibawa berlayar selama 2 jam sampai
ke Pulau Pari.
Selain
itu Pulau Pari dapat juga dijangkau melalui dermaga Marina Ancol dan dermaga
Pantai Indah Kapuk, yang sering digunakan oleh Holis(26), mahasiswa Universitas
Tugu Tani sekaligus peserta rutin diving
di Pulau Pari. „Tapi tentu saja saya harus bayar lebih mahal daripada kalau
saya menyeberang dari Kali Adem“, ujar Holis.
Setibanya
di dermaga Pulau Pari, wisatawan dapat langsung hunting homestay, tentu
saja jika ingin bermalam atau sekedar menghabiskan waktu akhir pekan di pulau
cantik ini. Bila tidak ingin kehilangan kesempatan, para wisatawan dapat langsung
berkeliling pulau menggunakan sepeda yang biasanya telah tersedia di setiap
penginapan.
Mas Bonte,
salah satu local tour guide akan
membawa wisatawan untuk langsung mengelilingi pulau dan menikmati moleknya
Pantai Pasir Perawan, Pantai Bintang, dan Pantai Kresek. Pantai-pantai ini baru
saja sekitar 4 tahun belakangan terjamah wisatawan. „Sejak setahun lalu sampai sekarang
setiap hari ada saja pengunjung apalagi waktu weekend, wah penuh“, ujar ibu Tarwiah, pengusaha warung sekaligus
pemilik salah satu homestay di Pulau
Pari.
Pulau
yang awal mulanya dapat mandiri oleh pembudidayaan hasil laut seperti rumput
laut dan ikan ini, kini mampu menarik 1000 wisatawan per hari dan bahkan sampai
3000 wisatawan pada akhir pekan, jelas Pak Nurhayat selaku ketua RW 04. Dari
terbitnya sang fajar di ufuk timur hingga tenggelamnya di ufuk barat, wisatawan
bahkan tidak akan sempat melamun, karena Pulau Pari mampu membuat siapapun
jatuh hati padanya.
Sebut saja
Pantai Pasir Perawan. Pantai yang menjadi maskot Pulau Pari ini menawarkan
bermacam-macam aktifitas. Dari berenang di pantai bersama ikan-ikan kecil,
bermain kayak mengelilingi hutan
bakau sekitar pantai, bermain beach
volleyball, menanam mangrove,
atau hanya sekedar bersantai di warung-warung kecil sambil menikmati segarnya
buah kelapa, ialah serangkai kegiatan yang dapat dilakukan wisatawan menunggu
petang.
Di kala
senja telah tiba, wisatawan dapat mulai melangkahkan kaki ke tujuan
selanjutnya. Pantai Bintang. Pantai ini tak kalah populer dari Pantai Pasir
Perawan, karena justru di pantai inilah, para pasangan yang sedang dimabuk
asmara memandangi indahnya pemandangan sunset
ditemani alunan desir pantai yang menghipnotis setiap pemujanya. Selain
itu, pantai ini pula menawarkan wisata bawah laut dengan ber-snorkeling di pagi dan siang hari.
Selesai
termakan mantra keindahan alam di Pantai Bintang, wisatawan diajak untuk
kembali mengayuh sepeda menuju Pantai Kresek. Pantai
yang tentu saja tidak kalah menarik dengan dua pantai yang telah terlebih
dahulu dikunjungi. Di kala hari masih terang, wisatawan dapat melihat budidaya
bintang laut dan penyu. Sedangkan pada waktu sang rembulan menampakkan
sinarnya, wisatawan dapat berkaraoke sambil menikmati barbecue hidangan laut yang segar dan menggoyang lidah.
Namun sebagai
warga negara Indonesia sekaligus warga Jakarta yang baik, wisatawan lokal
terkadang tidak puas sampai di sini. Melihat wisatawan asing yang juga
terkagum-kagum dengan keindahan Pulau Pari, minimnya fasilitas umum seperti
kamar kecil, tempat sampah, dan sarana informasi sangatlah disayangkan.
Penduduk setempat pun menyayangkan kurangnya kerja sama pemerintah dalam meng-iklankan
Pulau Pari sebagai obyek wisata yang tak kalah „menjual“.
Wisatawan
asing asal Jerman, Norwegia, Jepang, dan Inggris yang sempat saling berpapasan
mengalami kesulitan dalam hal berkomunikasi dengan masyarakat, karena tak
banyak dari pemandu wisata setempat yang dapat berbahasa asing, sehingga
wisatawan yang berkunjung sulit untuk mengerti penjelasan tentang obyek wisata.
Akan jauh
lebih menarik lagi apabila objek wisata di Pulau Pari bisa terus bertambah,
misalnya objek wisata yang bersifat edukatif. Banyak pihak termasuk masyarakat
setempat berharap adanya peran pemerintah yang lebih dalam memajukan potensi
wisata di Indonesia seperti Pulau Pari.
Berkaitan dengan hal ini, dosen ilmu manajemen
Universitas Bunda Mulia, Ashwitha Chairany, SE., ME., juga menegaskan
pentingnya sektor pariwisata dalam memajukan dan mengembangkan roda
perekonomian masyarakat lokal sekaligus menjadi salah satu sumber penambahan
devisa bagi negara. Untuk itu setiap pihak yang menginginkan kemajuan bersama,
harus merasa bertanggung jawab untuk ikut serta dalam menjaga dan melestarikan
setiap obyek wisata di Pulau Pari.
Dengan
adanya peran pemerintah yang semakin hari semakin terlihat jelas, diindikasikan
oleh dana alokasi untuk promosi pariwisata dan juga kebijakan-kebijakan
pemerintah, ditambah dengan pertumbuhan konsep community based tourism, akan menciptakan dunia pariwisata
Indonesia yang semakin baik.
Hal ini
dipertegas oleh Rianto, SST Par., Msi Par., selaku dosen akademi pariwisata
Universitas Bunda Mulia yang juga mengatakan bahwa justru hari-hari ini, community based tourism sangat digemari
oleh pasar pariwisata. Konsep dimana masyarakat lokal sebagai pelaku,
penggerak, serta motor bagi kehidupan wisata sekitar sangat digemari oleh
wisatawan dalam maupun luar negeri.
Beliau
juga menekankan baiknya kerja sama antara pemerintah dan masyarakat lokal dalam
menjaga hakekat dari tujuh sapta pesona. Kemanan, Ketertiban, Kebersihan,
Kesejukan, Keindahan, Keramahan, dan Kenangan, menjadi urat nadi bagi dunia
kepariwisataan.
Selain
peran pemerintah dan masyarakat lokal, kita sebagai wisatawan juga berperan
penting dalam proses kemajuan dunia pariwisata Indonesia khususnya Pulau Pari. Sebagai
contoh kecil, bila kita membuang sampah pada tempatnya, menjaga kelestarian
lingkungan, serta menceritakan pada dunia bahwa Pulau Pari itu luar biasa mempesona,
itu berarti kita telah memainkan peranan dalam memajukan Pulau Pari tercinta. Pulau
molek bak mutiara yang tersembunyi di utara Jakarta.