Berakhirkah kemesraan
Jokowi-Anies?
JAKARTA-detik.com - Belum
padam ingatan di benak masyarakat Indonesia kedekatan hubungan antara presiden
RI Joko Widodo dengan sang mantan menteri Anies Baswedan yang bahkan sebelumnya
getol menjadi tim sukses pemenangan presiden pada pemilu 2014 lalu. Namun Sabtu,
17 Februari 2018 masyarakat dikejutkan dengan insiden pencegahan Gubernur DKI
Jakarta untuk turun mendampingi Presiden menjelang penyerahan piala pada
pertandingan final Piala Presiden 2018 di stadion Gelora Bung Karno.
Lewat
video singkat berdurasi kurang lebih 20 detik, terlihat sang Gubernur dicegah
masuk bersama pejabat-pejabat lain oleh paspampres. Dikutip dari Kompas.com, Deputi
Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudi mengatakan,
tindakan tersebut merupakan prosedur pengamanan karena Paspampres berpegang
pada daftar nama pendamping Presiden yang disiapkan panitia dan tidak ada
arahan apapun dari presiden untuk mencegah sang gubernur.
Pada
kesempatan berikutnya, ketua Steering Committee (SC) Piala Presiden 2018
Maruarar Sirait (Ara) mengaku bersalah atas insiden dicegahnya Gubernur DKI
Jakarta Anies Baswedan untuk mendampingi Presiden Joko Widodo ke podium final
Piala Presiden 2018. "Jadi kalau kemarin begitu, saya harus sampaikan
tidak ada orang yang paling bertanggung jawab. Saya paling bertanggung
jawab," ujar Ara dalam konferensi pers di Stadion GBK, Jakarta.
Banyak
spekulasi yang muncul pasca insinden. Analisis Komunikasi Politik Universitas
Paramadina, Hendri Satrio menyatakan bahwa ini jadi momentum politik buat Anies. Citranya
naik, pamornya naik, mungkin elektabilitasnya naik. Sementara Pak Jokowi
pamornya jadi agak menurun. Kejadian itu disebutnya menyadarkan publik soal
kemungkinan munculnya lawan tanding Jokowi dalam Pilpres mendatang. Hendri pun
kembali mengingatkan posisi Jokowi saat ini belum sepenuhnya aman untuk Pilpres
2019.
Terlepas
dari fenomena yang sedang menjadi buah bibir masyarakat kini, yang terpenting
ialah bagaimana para pejabat negara dapat selalu mesra dalam hal menjunjung
tinggi persatuan, kesatuan, dan perdamaian negara menuju masyarakat yang
sejahtera. Mungkin kemesraan telah berlalu, berakhir, dan luntur, namun
membangun bangsa ialah kewajiban kita bersama.
LAMPIRAN
Dalam video itu terlihat anggota Paspampres mencegah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk turun mendampingi Presiden menjelang penyerahan piala.
Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudi mengatakan, tindakan tersebut merupakan prosedur pengamanan karena Paspampres berpegang pada daftar nama pendamping Presiden yang disiapkan panitia.
"Paspampres hanya mempersilakan nama-nama yang disebutkan oleh pembawa acara untuk turut mendampingi Presiden Joko Widodo," ujar Bey melalui keterangan tertulisnya, Minggu (18/2/2018).
DETIK Ketua
Steering Committee (SC) Piala Presiden 2018 Maruarar Sirait (Ara) mengaku
bersalah atas insiden dicegahnya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk
mendampingi Presiden Joko Widodo ke podium final Piala Presiden 2018.
"Jadi kalau kemarin begitu, saya harus sampaikan tidak ada orang yang paling bertanggung jawab. Saya paling bertanggung jawab," ujar Ara dalam konferensi pers di Stadion GBK, Jakarta
"Jadi kalau kemarin begitu, saya harus sampaikan tidak ada orang yang paling bertanggung jawab. Saya paling bertanggung jawab," ujar Ara dalam konferensi pers di Stadion GBK, Jakarta
DETIK Namun atas insiden penghadangan itu, kata Hendri, itu menjadi momentum
politik yang menguntungkan bagi Anies. Sementara, di lain sisi justru
mengikis pamor Presiden Joko Widodo menjelang Pilpres 2019.
"Yang jelas ini jadi momentum politik buat Anies. Citranya naik, pamornya naik, mungkin elektabilitasnya naik. Sementara Pak Jokowi pamornya jadi agak menurun," urai Hendri.
Kejadian itu disebutnya menyadarkan publik soal kemungkinan munculnya lawan tanding Jokowi dalam Pilpres mendatang. Hendri pun kembali mengingatkan posisi Jokowi saat ini belum sepenuhnya aman untuk Pilpres 2019.
"Kejadian Anies kemarin ini membuka mata saja bahwa masih ada kesempatan munculnya kompetitor Jokowi di injury time pendaftaran," tuturnya.
"Yang jelas ini jadi momentum politik buat Anies. Citranya naik, pamornya naik, mungkin elektabilitasnya naik. Sementara Pak Jokowi pamornya jadi agak menurun," urai Hendri.
Kejadian itu disebutnya menyadarkan publik soal kemungkinan munculnya lawan tanding Jokowi dalam Pilpres mendatang. Hendri pun kembali mengingatkan posisi Jokowi saat ini belum sepenuhnya aman untuk Pilpres 2019.
"Kejadian Anies kemarin ini membuka mata saja bahwa masih ada kesempatan munculnya kompetitor Jokowi di injury time pendaftaran," tuturnya.
No comments:
Post a Comment